Soal Pendahuluan Modul 4
1.
Sebutkan
perbedaan dari perangkat-perangkat berikut
:
a.
Router
b.
Hub
c.
Switch
2.
Sebutkan
maksud dari istilah-istilah berikut :
a.
Subnet
b.
Subnetting
c.
Routing
d.
DMZ
e.
Static
routing
f.
Dynamic
routing
g.
Metric
h.
Network
class
i.
Ipv4
j.
Ipv6
3.
Jelaskan
perbedaan antara 2 hal di bawah ini jika ditinjau dari sisi penggunaan IP :
a.
Public
network
b.
Private
network
4.
Berikut
terdapat sejumlah host pda suatu subnet. Pada masing-masing poin berikanlah
perhitungan range IP dan besar alokasi subnetserta berdasarkan perhitungan itu
tuliskan NID, gateway, alokasi IP untuk host, netmask, broadcast :
a.
342
host
b.
256
host
c.
999
host
d.
25
host
e.
2
host
5.
Sebutkan
apa yang dimaksud dengan metode perhitungan subnet :
a.
CIDR
b.
VLSM
c.
Seupernetting
6.
Apakah
perbedaan antara :
a.
Static
routing
b.
Dynamic
routing
7.
Tuliskan
contoh beserta penjelasan mengenai syntax- syntax yang terkait dengan static
routing pada linux.
1.
Jelaskan perangkat yang ada dibawah ini dan perbedaannya!
a.
Router
Perangkat yang melanjutkan paket data dalam jaringan.
b.
Hub
Sebuah perangkat untuk menghubungkan perangkat dalam
jaringan. Biasanya digunakan untuk menghubungkan segmen dari LAN.
c.
Switch
Perangkat yang melakukan filter dan melanjutkan paket
antara segmen LAN.
Antara
hub dan switch perbedaan yang paling mendasar terhadap kedua perangkat ini
adalah metode yang digunakan untuk mengirimkan data frame. Pada hub data frame
dikirimkan secara broadcast dan mengirimkan ke tiap port yang ada. Sedangkan
switch menyimpan data dari alamat semua perangkat yang terhubung, sehingga
ketika frame diterima maka langsung diketahui port mana yang dituju.
Router
adalah perangkat yang berbeda dari kedua perangkat sebelumnya. Router bertugas
untuk menjalankan paket ke jaringan lain sampai paket tersebut mencapai
tujuannya.
Sumber :
2.
Sebutkan
maksud dari istilah-istilah berikut :
k. Subnet : adalah pembagian secara
yang terlihat secara fisik dari IP jaringan
Subnetting : Subnetting merupakan teknik memecah
network menjadi beberapa subnetwork yang lebih kecil dan berfungsi sebagai sebuah
cara untuk membagi-bagi alamat IP. Subnetting
adalah sebuah teknik yang mengizinkan para administrator jaringan untuk
memanfaatkan 32 bit IP address yang tersedia dengan lebih efisien. Subnetting menyediakan cara
yang lebih fleksibel untuk menentukan bagian mana dari sebuah 32 bit IP
adddress yang mewakili netword ID dan bagian mana yang mewakili host ID.
l.
Routing : adalah sebuah proses
untuk meneruskan paket-paket jaringan dari
satu jaringan ke jaringan lainnya melalui sebuah
internetwork. Routing juga
dapat merujuk kepada sebuah metode penggabungan beberapa jaringan
sehingga paket-paket data dapat hinggap dari satu jaringan ke jaringan
selanjutnya
m. DMZ : istilah dalam sistem
keamanan komputer (computer security) yang dapat diartikan :
membuka hubungan fisik atau logikal dari jaringan yang lebih ke kecil (private)
ke dalam jaringan yang lebih besar, biasanya jaringan yang lebih besar ini
tidak secara khusus ditangani oleh jaringan yang lebih kecil
n. Static
routing : metode routing yang
tabel jaringannya dibuat secara manual oleh admin jaringannya. Static routing
mengharuskan admin untuk merubah route atau memasukkan command secara manual di
router tiap kali terjadi perubahan jalur.
o. Dynamic
routing : teknik routing dengan
menggunakan beberapa aplikasi networking yang bertujuan menangani routing
secara otomatis.
p.
Metric : adalah suatu nilai hasil perhitungan algoritma yang dipakai oleh protokol
routing. Metric dapat berupa jarak ke tujuan atau ongkos ke tujuan.
Network
class : Pembagian kelas
kelas IP Adders didasarkan dua hal network ID dan host
ID dari suatu IP Addres. Setiap IP Addres meruapakan pasangan
sebuah network ID dan sebuah host ID. Network ID ialah
bagian IP Addres yang digunakan untuk menujukan temapat komputer ini berada,
sedangkan host ID ialah bagian dari IP Addres yang digunakan untuk
menunjukan workstation, server, router dan semua TCP?IP lainnya dalam jaringan
tersebut dalam jaringan host ID harus unik.
a.
Kelas A
Karakteristik :
Format
: 0nnnnnnn hhhhhhhh hhhhhhhh hhhhhhh
Bit
pertama
: 0
Panjang
NetID : 8 bit
Panjang
HostID : 24 bit
Byte
pertama
: 0 – 127
Jumlah : 126 kelas A (0 dan 127 dicadangkan)
Range IP : 1.xxx.xxx.xxx sampai
126.xxx.xxx.xxx
Jumlah IP : 16.777.214 IP Adders pada
tiap kelas A
IP Addar kelas A diberikan untuk jaringan dengan jumlah host
yang sangat besar. Bit pertama dari kelas A selalu diset 0 sehingga byte
terdepan kelas A selalu bernilai antara 0 dan 127. IP Adders kelas A, network
ID ialah 8 bit pertama, sedangkan host ID 24 bit berikutnya. Dengan demikian
pembacaan IP Adders kelas A :
misalnya 012.26.2.6 ialah :
Network ID :
012
Host ID :
26.2.6
Dengan panjang host ID yang 24 , maka network ini dapat
menampung sekitar 16 juta host setiap jaringan .
·
Kelas B
Karakteristik :
Format : 10nnnnnn nnnnnnnn hhhhhhhh hhhhhhhh
Dua bit pertama : 10
Panjang NetID : 16 bit
Panjang HostID : 16 bit
Byte pertama : 128 – 191
Jumlah :
16.384 kelas B
Range IP
: 128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx
Jumlah IP : 65.532 IP Adders pada tiap kelas
B
IP Adders kelas B biasanya
dialokasikan untuk jaringan berukuran sedang dan besar. Dua bit pertama dari IP
addres kelas B selalu diset 10 sehingga byte terdepan dari IP adders ini selalu
bernialai diantara 128 hingga 191. Pada IP Adders kelas B, network ID ialah 16
bit pertama sedangkan 16 bit berikutnya ialah host ID. Dengan demikian
pembacaan IP addres kelas B misalkan: 128.29 121.1 ialah:
Network ID :
128.29
Host ID :
121.1
Dengan panjang host ID yang
16 bit, IP Adders Kelas B ini menjangkau sampai 16.320 jaringan dengan
masing-masing 65024 host.
·
Kelas C
Karakteristik :
Format : 110nnnnn nnnnnnnn nnnnnnnn hhhhhhhh
Tiga bit pertama : 110
Panjang NetID : 24 bit
Panjang HostID : 8 bit
Byte pertama : 192 – 223
Jumlah : 2.097.152 kelas C
Range IP : 192.0.0.xxx sampai
223.255.255.xxx
Jumlah IP : 65.532 IP Adders pada tiap kelas
C
IP Adders kelas C awalnya
digunkan untuk jaringan berskala kecil mislanya LAN. Terdiri atas network
192.0.0.0 sampai 223.255.255.0. Network ID ada pada tiga bit yang pertama
selalu berisi 111. Bersama 21 bit berikutnya membentuk network ID 24 bit. Host
ID ialah 8 bit terakhir. Kelas ini menjangkau hingga hampir 2 juta jaringan
dengan masing-masing 254 host.
·
Kelas D
Karakteristik :
Format : 1110mmmmm mmmmmmmm mmmmmmmm mmmmmmm
4 Bit pertama : 1110
Bit multicasting : 28 bit
Byte inisial : 224 – 247
Diskripsi : Kelas D adalah ruang
alamat multicasting RFC (1112)
IP Addres kelas D
dipergunakan untuk IP Adders multicasting. 4 bit pertama IP Addres
kelas D diset 1110 . Bit bit seterusnya diatur sesuai multicasting grup yang
menggunakan IP Adders ini. Dalam multicasting tidak dikenal host ID dan network
ID.
·
Kelas E
Karakteristik :
Format : 1111rrrrr rrrrrrrr rrrrrrrr rrrrrrr
4 Bit pertama : 1111
Bit cadangan : 28 bit
Byte inisial : 248 – 255
Diskripsi : Kelas E adalah ruang alamat yang
dicadangkan untuk keperluan eksperimental. IP Addres kelas E tidak
digunakan untuk keperluan umum. 4 bit pertama diset 1111.
q. Ipv4 : sebuah jenis
pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang
menggunakan protokol
IP versi 4. Panjang totalnya
adalah 32-bit, dan secara teoritis dapat mengalamati hingga 4 miliar host
komputer atau lebih tepatnya 4.294.967.296 host
r.
Ipv6 : Alamat IP versi 6 (sering disebut
sebagai alamat IPv6) adalah
sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP
yang menggunakan protokol Internet versi 6.
Panjang totalnya adalah 128-bit, dan secara teoritis dapat mengalamati hingga 2128=3,4
x 1038
3.
Jelaskan
perbedaan antara 2 hal di bawah ini jika ditinjau dari sisi penggunaan IP
a.
Public Network
Perangkat dalam
jaringan tersebut terlihat oleh perangkat lain diluar jaringan yang
digunakan(dari internet atau jaringan lain).
b.
Private Network\
Perangkat diluar jaringan tidak
dapat melihat atau berkomunikasi dengan perangkat yang terhubung dengan
jaringan tersebut.
Dalam
penggunaan IP public network memiliki IP yang statis dan terlihat di public.
Sehingga orang lain dapat mengakses komputer anda sedangkan alamat IP private
network tidak dapat di jalankan(routable) di internet public. Dalam
pembagiannya ada beberapa tipe alamat IP private diantaranya
Class A
10.0.0.0 hingga
10.255.255.255
Class B
172.16.0.0 hingga 172.31.255.255
Class C
192.168.0.0 hingga
192.168.255.255
Sumber:
4.
Berikut
terdapat sejumlah host pda suatu subnet. Pada masing-masing poin berikanlah
perhitungan range IP dan besar alokasi subnetserta berdasarkan perhitungan itu
tuliskan NID, gateway, alokasi IP untuk host, netmask, broadcast :
f.
342
host
Jumlah host < 2n-2
342 < 29-2 . jumlah host harus kurang dari 2n-2. Diambil yang paling mendekti.
Jadi n = 9
Subnetmask : 32-9 = 23, jadi /23
Didapatkan
11111111.11111111.11111110.00000000
Netmask
: 255 .
255 . 254
. 0
NID : 10.10.8.0
Gateway : 10.10.8.1
Alokasi IP : 10.10.8.2-10.10.9.254
Netmask : 255.255.254.0
Broadcast : 10.10.9.255
g.
256
host
Jumlah host < 2n-2
256 < 29-2 . jumlah host harus kurang dari 2n-2. Diambil yang paling mendekti.
Jadi n = 9
Subnetmask : 32-9 = 23, jadi /23
Didapatkan
11111111.11111111.11111110.00000000
Netmask
: 255 .
255 . 254
. 0
NID : 10.10.6.0
Gateway : 10.10.6.1
Alokasi IP : 10.10.6.2-10.10.7.254
Netmask : 255.255.254.0
Broadcast : 10.10.7.255
h.
999
host
Jumlah host < 2n-2
342 < 210-2 . jumlah host harus kurang dari 2n-2. Diambil yang paling mendekti.
Jadi n = 10
Subnetmask : 32-10 = 22, jadi /22
Didapatkan
11111111.11111111.11111100.00000000
Netmask
: 255 .
255 . 252
. 0
NID : 10.10.2.0
Gateway : 10.10.2.1
Alokasi IP : 10.10.2.2-10.10.5.254
Netmask : 255.255.252.0
Broadcast : 10.10.5.255
i.
25
host
Jumlah host < 2n-2
25 < 25-2 . jumlah host harus kurang dari 2n-2. Diambil yang paling mendekti.
Jadi n = 5
Subnetmask : 32-5 = 27, jadi /27
Didapatkan
11111111.11111111.11111111.11100000
Netmask
: 255 .
255 . 255
. 224
NID : 10.10.1.0
Gateway : 10.10.1.1
Alokasi IP : 10.10.1.2-10.10.1.30
Netmask : 255.255.255.224
Broadcast : 10.10.1.31
j.
2
host
Jumlah host < 2n-2
2 < 23-2 . jumlah host harus kurang dari 2n-2. Diambil yang paling mendekti.
Jadi n = 3
Subnetmask : 32-3 = 29, jadi /29
Didapatkan
11111111.11111111.11111111.11111000
Netmask
: 255 .
255 . 255
. 248
NID : 10.10.0.0
Gateway : 10.10.0.1
Alokasi IP : 10.10.0.2-10.10.0.6
Netmask : 255.255.255.248
Broadcast : 10.10.0.7
5.
Sebutkan apa yang dimaksud dengan metode perhitungan subnet :
a.
CIDR(Classless Inter-Domain Routing)
Adalah sebuah cara
alternatif untuk mengklasifikasikan alamat-alamat IP berbeda dengan sistem
klasifikasi ke dalam kelas A, kelas B, kelas C,kelas D dan kelas.
CIDR digunakan
untuk mempermudah penulisan notasi subnet mask agar lebih ringkas dibandingkan
penulisan notasi subnet mask yang sesungguhnya.
Dalam penggunaan
notasi alamat CIDR pada classfull address adalah
Kelas A , dengan /8
sampai /15
Kelas B , dengan
/16 sampai /23
Kelas C, dengan /24
sampai dengan /28
b.
VLSM
Adalah mekanisme
subnetting dengan menggunakan subnetting berdasarkan jumlah host, sehingga
banyak jaringan yangterpisah. Pada tahap perhitungan dapat digunakan VLSM IP
address yang ada dihitung menggunakan CIDR lalu setelahnya dipecah dengan VLSM.
Maka setelah dilakukan perhitungan dapat dilihat seubnet yang telah dipecah
akan menjadi beberapa subnet lagi dengan mengganti subnetnya.
c.
Supernetting
Merupakan mekanisme
yang berbeda dari subnetting dimana dalam hal ini penambahan jumlah host dalam
jaringan dilakukan dengan meminjam beberapa bi network untuk dijadikan bit Host
dalam membentuk IP-Address pada supernet dengan memperhatikan jumlah nomor host
yang akan digabung.
Prosedur
Supernetting:
-
Bit host yang bernilai nol berfungsi sebagai supernet address, bernilai 1
sebagai broadcast.
-
Pada netmasking, IP untuk Supernet mask ditentukan dengan mengganti semua
bit network dengan 1 dan bit host dengan 0.
-
Lakukan perhitungan dengan tabel konversi biner
Manfaat dari supernetting adalah mempersingkat routing
table sebuah router sehingga menghemat memori pada router.
Sumber :
6.
Apakah
perbedaan antara :
c.
Static
routing
- dengan
menggunakan next hop
( + )
dapat mencegah trjadinya eror dalam meneruskan paket ke router tujuan apabila
router yang akan meneruskan paket memiliki link yang terhubung dengan banyak
router.itu disebabkan karena router telah mengetahui next hop, yaitu ip address
router tujuan
( – )
static routing yang menggunakan next hop akan mengalami multiple lookup atau
lookup yg berulang. lookup yg pertama yang akan dilakukan adalah mencari
network tujuan,setelah itu akan kembali melakukan proses lookup untuk mencari
interface mana yang digunakan untuk menjangkau next hopnya.
- dengan
menggunakan exit interface
( + )
proses lookup hanya akan terjadi satu kali saja ( single lookup ) karena router
akan langsung meneruskan paket ke network tujuan melalui interface yang sesuai
pada routing table
( – )
kemungkinan akan terjadi eror keteka meneruskan paket. jika link router
terhubung dengan banyak router, maka router tidak bisa memutuskan router mana
tujuanya karena tidak adanya next hop pada tabel routing. karena itulah, akan
terjadi eror.
d.
Dynamic
routing
sebuah router
yang memiliki dan membuat tabel routing secara otomatis, dengan
mendengarkan lalu lintas jaringan dan juga dengan saling berhubungan antara router
lainnya.
Router mempelajari sendiri Rute yang terbaik
yang akan ditempuhnya untuk meneruskan paket dari sebuah network ke network
lainnya. Administrator tidak menentukan rute yang harus ditempuh oleh
paket-paket tersebut. Administrator hanya menentukan bagaimana cara router
mempelajari paket, dan kemudian router mempelajarinya sendiri. Rute pada
dynamic routing berubah, sesuai dengan pelajaran yang didapatkan oleh router.
Perbedaannya adalah Static Routing adalah cara pembuatan
tabel routing secara manual. Sedangkan, Dynamic Routing menggunakan protocol
routing dalam pembuatan table routing sehingga tabel routing yang secara
dinamis akan berubah-ubah secara otomatis jika topologi jaringan berubah.
Adapun protocol routing menggunakan istilah yang disebut metric dalam menentukan jalur terbaik yang akan
dicapai.
Berikut ini tabel
perbedaan yang spesifik untuk kedua jenis routing:
Routing Statik
|
Routing Dinamik
|
Berfungsi pada
protocol IP
|
Berfungsi pada
inter-routing protocol
|
Router tidak dapat
membagi informasi routing
|
Router membagi
informasi routing secara otomatis
|
Routing table dibuat
dan dihapus secara manual
|
Routing table dibuat
dan dihapus secara otomatis
|
Tidak menggunakan
routig protocol
|
Terdapat routing
protocol, seperti RIP atau OSPF
|
Microsoft mendukung
multihomed system seperti router
|
Microsoft mendukung
RIP untuk IP dan IPX/SPX
|
7.
Static Routing
Konsep untuk menentukan sebuah cara dalam konfigurasi pemilihan jalur pada
router dalam jaringan komputer.
Untuk konfigurasi static route adalah dengan memasukan routing table secara
manual. Tidak terjadi perubahan dinamik dalam tabel ini selama jalur aktid.
Syntax :
Ip route
Digunakan untuk konfigurasi static route secara global
Ip route network [mask] {address | Interface} [distance] [permanent]
Network : subnet tujuan
Mask : subnet mask
Address : alamat IP router hop berikutnya
Interface : nama interface yg digunakan untuk mencapai network tujuan.
Interface dapat berupa interface point to point. Perintah tidak akan berfungsi
jika interface adalah multi access(contoh “shared media ethernet interface”).
Distance(optional) : mendefinisikan administrative distance
Permanent(optional) : menyatakan bahwa rute tidak akan dihapus ketika
interface mati.
Contoh konfigurasi static route:
Topologi :
Route static pada topologi ini digunakan untuk mencapai sub network
172.16.1.0 melalui router A
Maka jalankan command
ip route 172.16.1.0 255.255.255.0 172.16.2.1
Kelompok Jarkom E19
M Russlan Hafiz
M. Iqbal Rustamadji